Tidak salah jika seorang Michael Hart memasukkan seorang Umar bin Khattab sebagai salah satu dari 100 tokoh di dunia yang paling berpengaruh sepanjang sejarah. Keadilan dan kebijaksanaan Umar Bin Khattab sungguh menakjubkan dan membuatnya sangat dicintai oleh rakyatnya. Salah satunya terekam dalam peristiwa ini.
Pada saat itu, Umar bin Khattab akan menyampaikan ceramahnya di depan rakyatnya. “Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan agar mendengar dan taat kepada pemimpin,” kata Umar pada bagian awal ceramahnya itu.
Namun, tiba-tiba salah seorang warganya berdiri sembari membantah perkataan Umar. “Kami tidak akan mendengar dan mentaatimu wahai Umar!",
Meskipun kita semua tahu, bahwa semasa jahiliyah Umar bin Khattab begitu terkenal dengan sifat temperamennya. Namun Islam telah mengubah perangainya. Umar bin Khattab sama sekali tidak marah. Ia ingin menyimak dulu apa alasannya.
“Mengapa?” Tanya Umar Bin Khattab.
“Sebab,” terang orang itu, “engkau membagikan kepada kami masing-masing hanya satu pakaian, sedangkan engkau mengenakan dua pakaian yang baru.”
Memang sebelum ceramah itu, Umar bin Khattab membagi-bagikan kain. Masing-masing orang mendapat satu kain baru yang bisa dipakai untuk sarung atau baju. Namun dalam kesempatan itu, Umar bin Khattab tampak memakai dua kain baru, satu untuk sarung dan satunya lagi untuk baju.
Umar bin Khattab tidak marah juga mendengar alasan pria itu. Meskipun bisa saja seorang pemimpin langsung memarahi pemrotes karena pemimpin yang telah bekerja keras pantas untuk mendapatkan bagian lebih dibandingkan rakyatnya.
Namun tidak demikian dengan Umar bin Khattab. Selama ini ia berbuat adil dan saat ini pun ia menjaga keadilan itu hingga pada level yang sulit dicontoh siapapun setelahnya.
Umar kemudian mengarahkan pandangannya kepada jamaah lain yang hadir pada saat itu. Ia mencari-cari sesosok lelaki yang bisa memberikan kesaksian tentang apa yang sebenarnya telah terjadi.
Ia tidak langsung menjawabnya sendiri dan menyanggahnya meskipun itu bisa saja dilakukannya dan tidak akan ada orang yang menuduhnya berdusta.
Ketika pandangan Umar mengarah kepada seorang ulama muda yang bersahaja, ia memberikan isyarat. “Bangunlah, wahai Abdullah,” kata Umar.
Pemuda itu pun berdiri. Ia tak lain dan tak bukan adalah putranya sendiri, namanya Abdullah bin Umar.
“Bukankah engkau yang memberikan baju yang kupakai ini kepadaku?” tanya sang Amirul Mukminin.
“Benar,” jawab Ibnu Umar.
Langsung ada perubahan raut muka pada lelaki yang memprotes Umar tadi. Ia dan seluruh jamaah kini mengetahui yang sesungguhnya, bahwa kain bagian Abdullah bin Umar telah diberikannya kepada sang ayah. Wajar jika Abdullah bin Umar tidak mengenakan pakaian baru.
“Sekarang kami mendengar dan mentaatimu,” kata lelaki itu, kemudian ia duduk dengan tenang dan menyimak kelanjutan ceramah Umar bin Khattab.
Sumber: tarbiyah.net
***
Pada saat itu, Umar bin Khattab akan menyampaikan ceramahnya di depan rakyatnya. “Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan agar mendengar dan taat kepada pemimpin,” kata Umar pada bagian awal ceramahnya itu.
Namun, tiba-tiba salah seorang warganya berdiri sembari membantah perkataan Umar. “Kami tidak akan mendengar dan mentaatimu wahai Umar!",
Meskipun kita semua tahu, bahwa semasa jahiliyah Umar bin Khattab begitu terkenal dengan sifat temperamennya. Namun Islam telah mengubah perangainya. Umar bin Khattab sama sekali tidak marah. Ia ingin menyimak dulu apa alasannya.
“Mengapa?” Tanya Umar Bin Khattab.
“Sebab,” terang orang itu, “engkau membagikan kepada kami masing-masing hanya satu pakaian, sedangkan engkau mengenakan dua pakaian yang baru.”
Memang sebelum ceramah itu, Umar bin Khattab membagi-bagikan kain. Masing-masing orang mendapat satu kain baru yang bisa dipakai untuk sarung atau baju. Namun dalam kesempatan itu, Umar bin Khattab tampak memakai dua kain baru, satu untuk sarung dan satunya lagi untuk baju.
Umar bin Khattab tidak marah juga mendengar alasan pria itu. Meskipun bisa saja seorang pemimpin langsung memarahi pemrotes karena pemimpin yang telah bekerja keras pantas untuk mendapatkan bagian lebih dibandingkan rakyatnya.
Namun tidak demikian dengan Umar bin Khattab. Selama ini ia berbuat adil dan saat ini pun ia menjaga keadilan itu hingga pada level yang sulit dicontoh siapapun setelahnya.
Umar kemudian mengarahkan pandangannya kepada jamaah lain yang hadir pada saat itu. Ia mencari-cari sesosok lelaki yang bisa memberikan kesaksian tentang apa yang sebenarnya telah terjadi.
Ia tidak langsung menjawabnya sendiri dan menyanggahnya meskipun itu bisa saja dilakukannya dan tidak akan ada orang yang menuduhnya berdusta.
Ketika pandangan Umar mengarah kepada seorang ulama muda yang bersahaja, ia memberikan isyarat. “Bangunlah, wahai Abdullah,” kata Umar.
Pemuda itu pun berdiri. Ia tak lain dan tak bukan adalah putranya sendiri, namanya Abdullah bin Umar.
“Bukankah engkau yang memberikan baju yang kupakai ini kepadaku?” tanya sang Amirul Mukminin.
“Benar,” jawab Ibnu Umar.
Langsung ada perubahan raut muka pada lelaki yang memprotes Umar tadi. Ia dan seluruh jamaah kini mengetahui yang sesungguhnya, bahwa kain bagian Abdullah bin Umar telah diberikannya kepada sang ayah. Wajar jika Abdullah bin Umar tidak mengenakan pakaian baru.
“Sekarang kami mendengar dan mentaatimu,” kata lelaki itu, kemudian ia duduk dengan tenang dan menyimak kelanjutan ceramah Umar bin Khattab.
Sumber: tarbiyah.net
***
0 comments:
Post a Comment