Kisah Nyata: Pesankan Untukku Satu Kamar Di Neraka!

“Ambil handphoneku ini dan hubungilah Allah serta tolong pesankan sebuah kamar di NERAKA JAHANAM untukku,” katanya lagi lantas ketawa terkekeh-kekeh tanpa mengetahui bahwasanya dia sedang mempertikaikan hukum Allah dengan begitu biadab... >> Read More

Masya Allah, Ini 8 Fakta Ilmiah Menakjubkan Dalam Sholat

Melalui berbagai penelitian, percobaan dan kajian, sebuah fakta ilmiah mengungkapkan bahwa seseorang yang tidurnya dalam waktu yang sangat lama akan sangat mudah terserang penyakit jantung... >> Read More

Indahnya Hidup Seorang Muslim

"Allahumma ya...ALLAH, tancapkanlah dihati kami, keluarga kami dan sahabat kami kekuatan dan keindahan iman, hiasilah hidup kami dg kemuliaan akhlak dan selamatkanlah kami dari berbagai fitnah hidup di dunia yang hanya sebentar ini...>> Read More

Menyesal Saat Sakaratul Maut, Karena Tidak Optimal dalam Berbuat Kebaikan

Kisah ini berawal dari kebiasaan unik beliau, yaitu setiap masuk ke masjid sebelum sholat berjamaah dimulai, dia selalu beri’tikaf di pojok bagian depan masjid. Dia selalu mengambil posisi di pojok bukan karena supaya mudah senderan atau tidur, namun ... >> Read More

3 Nasehat Seekor Semut Kepada Nabi Sulaiman AS

“Apakah kamu lupa pada hari kiamat nanti kamu akan berdiri di hapanan Pencipta segala kerajaan, yaitu Tuhan langit dan bumi, yang Maha Adil, yang mengambil hak orang yang dizalimi dari orang yang menzaliminya?” lanjutnya... >>Read More

Friday, January 29, 2016

Anda Ingin Sukses? Jangan Percaya 4 Hal Ini

Anda Ingin Sukses? Jangan Percaya 4 Hal Ini
Bagi sebagian orang, seringkali terjebak dalam persepsi umum soal karier yang telah berkembang di dalam masyarakat. Padahal ternyata, persepsi tersebut tidak sepenuhnya benar. Tidak jarang pula, banyak para pegawai yang justru terjebak dan terlanjur mengambil keputusan yang salah dalam hal karier. 

Untuk itu, cobalah Anda perhatikan beberapa hal berikut ini, sebelum Anda menyesali di kemudian hari. Seperti dilansir oleh Ask Men, berikut beberapa persepsi salah yang sering dipercayai orang dalam berkarier: 

1. "Gaji Lebih Besar Bisa Buat Anda Lebih Bahagia" 

Salah satu penyesalan terbesar adalah ketika seseorang lebih tergiur pada gaji yang besar ketimbang kepuasan dan pengembangan dirinya dalam sebuah karier. Memilih antara karier yang menantang dan memuaskan dengan karier yang memberikan kenyamanan dengan uang yang cukup memang tidaklah mudah. 

Beberapa pria seringkali menyesali keputusan mereka dan berharap bisa memilih karier lain yang meski tak memiliki gaji yang besar akan tetapi bisa memuaskan dan meningkatkan keterampilan mereka. Namun sekali lagi, terkadang hal ini tak mudah bagi pria yang memiliki komitmen terhadap keluarga dan lainnya. 

2. "Coba Jalani Dulu Pekerjaan Yang Ada" 

Banyak orang yang bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan passion yang dimilikinya. Bisa jadi, passion yang dimilikinya itu belum terlihat menghasilkan uang, sementara pekerjaan yang ada saat ini bisa memenuhi kebutuhannya. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa 80% orang yang tak puas dengan pekerjaan mereka lebih memilih untuk tidak berhenti dari pekerjaannya. 

Padahal hal tersebut bisa sangat merugikan Anda. Akan lebih baik apabila waktu yang digunakan untuk bekerja digunakan untuk mulai merintis hal sesuai minat, karena waktu tak akan bisa diulang kembali. 

3. "Belum Berani Bangun Bisnis Dulu" 

Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa 70 persen karyawan berharap pekerjaan mereka saat ini bisa membantu mereka membangun bisnis di masa yang akan datang, sementara hanya 15 persen saja yang memiliki kepercayaan diri untuk memulainya. Sayangnya kebanyakan orang yang berharap bisa menggunakan pekerjaan untuk membangun bisnis hanya bisa berangan-angan. 

Mereka belum memiliki kepercayaan diri untuk memulainya dan mulai perlahan-lahan melepas pekerjaan yang mereka miliki sekarang. Akhirnya, waktu yang dibutuhkan tidak cukup untuk memulai bisnis, dan rencana masa depan mereka menjadi kandas begitu saja. 

4. "Jangan Sembarangan Ambil Risiko" 

Beberapa orang seringkali menghitung berapa kali mereka telah melewatkan kesempatan baik hanya karena tidak berani mengambil risiko. Padahal seseorang yang berani mengambil risiko justru bisa lebih cepat naik dalam hal karir dibandingkan dengan mereka yang setia dengan pekerjaannya dan tetap stagnan

Hal ini juga yang seringkali menjadi penyesalan dikemudian hari bagi seorang pria ketika mereka sudah lama bekerja.


***

Wednesday, January 27, 2016

8 Makanan Peningkat Kecerdasan Otak

8 Makanan Peningkat Kecerdasan Otak
Jika Anda bingung apa makanan yang harus Anda berikan kepada anak kesayangan Anda, berikut inilah beberapa makanan yang disebut "makanan yang dapat meningkatkan kecerdasan otak", dan makanan ini dianggap untuk meningkatkan perhatian dan memori, dan merangsang pertumbuhan sel-sel otak. 

Apabila ingin meningkatkan kecerdasan otak anak Anda, maka pilihlah makanan sehat, makan asupan harian suplemen gizi. Anda sebagai orangtua harus bisa memperhatikan gizi dan kebutuhan gizi mereka setiap hari. 


Jadi, apa saja makanan yang dapat meningkatkan kecerdasan otak? Berikut adalah beberapa makanan yang dapat meningkatkan kecerdasan otak: 


1. Telur 


Telur telah lama dianggap sebagai sumber penting protein, mudah untuk mendapatkan, harganya cukup terjangkau. Meskipun mengandung kolesterol, tetapi kandungan kuning telur kaya akan kolin, yang merupakan zat yang dapat membantu mengembangkan memory (daya ingat) dan kecerdasan. 


2. Salmon 


Lemak ikan ini adalah Omega-3 asam lemak (DHA dan EPA), yang merupakan sumber terbaik dari pertumbuhan vital dan perkembangan fungsi otak. Penelitian terbaru juga menunjukkan, asupan asam lemak Omega-3 sangat baik untuk meningkatkan kecerdasan otak. Selain ikan Salmon, ikan tuna juga baik untuk meningkatkan kecerdasan otak. 


3. Kacang 


Kacang tanah dan selai kacang yang dikenal kaya vitamin E, yang melindungi sel-sel saraf dalam membran sel. Ditambah tiamin, vitamin E dan sangat baik untuk sel-sel saraf menggunakan glukosa sebagai permintaan energi. 


4. Biji-bijian 


Otak membutuhkan suplai atau pasokan glukosa tubuh stabil atau konstan. Biji-bijian yang mendukung peran penting membutuhkannya. Serat yang terkandung di dalamnya dapat membantu mengatur pelepasan glukosa dalam tubuh. Makanan ini juga mengandung vitamin B, yang bermanfaat dalam menjaga sistem saraf yang sehat. 


5. Berry 


Berry seperti stroberi, blackberry, raspberry, blueberry dan nutrisi lain yang dibutuhkan oleh tubuh berisi berbagai efek kesehatan yang menguntungkan. Berries tinggi antioksidan, khususnya vitamin C, sampai batas tertentu, dalam rangka untuk mencegah kanker. Beberapa studi menunjukkan bahwa stroberi dan blueberry meningkatkan fungsi memori.


6. Sayuran 


Wortel, bayam, labu, ubi jalar, tomat dan sayuran lainnya yang kaya nutrisi dan antioksidan, akan memungkinkan sel-sel otak menjadi lebih kuat dan sehat. 


7. Daging Sapi Tanpa Lemak 


Daging sapi tanpa lemak merupakan sumber makanan, kaya akan zat besi. Besi merupakan mineral penting yang dapat membantu anak-anak berkonsentrasi, tetap berenergi, baik di sekolah maupun ditempat kerja. Daging sapi juga mengandung mineral lain seperti seng, dapat membantu menjaga memori. 


8. Susu Dan Yogurt 


Dari susu banyak mengandung vitamin B dan protein. Kedua jenis nutrisi penting yang dapat membantu jaringan otak, neurotransmitter dan enzim pertumbuhan. 


Demikian 8 makanan yang dapat meningkatkan kecerdasan otak anda, semoga dengan mengkonsumsi secara teratur anda dan anak anda memiliki kecerdasan otak yang selalu terjaga kesehatannya.

***

Monday, January 11, 2016

Kisah Nyata: Dokter Berdialog Dengan Pasien Yang Sedang Menghadapi Sakaratul Maut

Kisah Nyata: Dokter Berdialog Dengan Pasien Yang Sedang Menghadapi Sakaratul Maut
Setiap orang yang hidup di dunia ini pasti akan mengalami yang namanya kematian. Sebelum kematian itu datang, seseorang akan menghadapi yang namanya sakaratul maut, yaitu detik-detik menegangkan dan menyakitkan sebelum seseorang benar-benar meninggal.

Dikutip dari laman Syahida, seorang dokter bernama Dr Khalid Al-Jubair di Arab Saudi, pernah mengalami pengalaman yang menakutkan, di mana ia pernah berbicara dengan orang yang sedang menghadapi sakaratul maut.

Dr.Khalid Al- Jubair yang merupakan seorang ahli bedah jatung di Arab Saudi, menceritakan kejadian menakutkan yang dialaminya ketika berbincang dengan pasiennya yang sedang sekarat.

Suatu hari seorang perawat menelepon Dr Khalid bahwa ada pasien yang infusnya tidak berjalan dengan baik pada tangan sebelah kanannya, konsekuensinya harus dipindahkan ke tangan sebelah kirinya. Dr Khalid pun menghampiri pasien tersebut, yang sudah dirawat di rumah sakit selama 6 bulan.

Pada 5 bulan pertama ia masih berbincang-bincang dengan Dr Khalid, dan pada bulan keenam, pasien itu pingsan secara total dan tidak bisa bergerak sedikitpun.

Maka didatangilah pasien tersebut oleh Dr Khalid, dia mengecek tangan sebelah kirinya untuk mencari urat untuk dimasukkan infus. Tapi, tiba-tiba dia dikagetkan ketika pasien yang tak sadarkan diri itu berbicara dengannya.

"Dr.Khalid apa yang akan kamu lakukan? Apakah kamu Dr.Khalid?" ujar pasien itu.

"Ya betul saya Dr.Khalid." jawab Dr Khalid.

"Apa yang akan kamu lakukan?" tegas pasien tersebut.

"Saya akan mencari urat tangan kiri Anda untuk memasukkan infus," jawab sang dokter.
Lalu pasien itu berkata, "Tidak! Kamu tidak akan menemukan urat tersebut karena saya sudah menjadi mayat."

"Tidak kamu bukan mayat," tegas Dr. Khalid.

Kemudian pasien itu berkata, "Wahai dokter! Saya sudah menjadi mayat."

"Tidak! Kamu bukan mayat," Dr Khalid menjawab dengan tegas.

"Wahai dokter saya sudah menjadi mayat, saya mellihat apa yang tidak kamu lihat. Sungguh saya melihat malaikat maut berada di depan saya sekarang," ujar pasien tersebut.

Tangan pasien itu masih berada di genggaman Dr Khalid, dan kemudian dia teringat dengan salah satu hadist yang shohih dari Al-Barro' bin Adzib radhiyallahu'anhu, di mana Rasulullah SAW bersabda,

"Apabila salah seorang dari kalian menghadap akhirat dan meninggalkan dunia (sakaratull maut) dan ia tergolong orang sholeh maka ia akan melihat (sejauh mata memandang), para malaikat yang putih wajahnya. Mereka adalah para malaikat ramah dan ia akan melihat kedudukanya di surga."

Selama lebih dari 30 tahun pengabdiannya di rumah sakit, Dr Khalid pernah mengalami kejadian serupa, di mana ia melihat tiga orang yang menghadapi sakaratul maut, sebelum mereka meninggal.

"Wahai dokter janganlah kamu buat cape dirimu, sungguh aku telah melihat kedudukanku di surga dan para bidadari telah disiapkan untukku," ujar salah satu pasien pertama yang sekarat.

"Bahwa sesunguhnya saya telah mencium aroma surga sekarang," kata pasien sekarat kedua.
"Sungguh saya melihat surga sekarang," ujar pasien ketiga yang sekarat.
Dalam ilmu medis, orang yang sedang menghadapi sakaratul maut tidak akan bisa berbicara ataupun bergerak.

Tapi, pengalaman yang diceritakan Dr Khalid benar-benar sangat mengejutkan, di mana ia mampu berbicara dengan orang yang sekarat dan mengetahui apa yang sedang dihadapi seseorang yang diambang kematian.

Ibnu Abi Ad-Dunya rahimahullah meriwayatkan dari Syaddad bin Aus Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, 

"Kematian adalah kengerian yang paling dahsyat di dunia dan akhirat bagi orang yang beriman. Kematian lebih menyakitkan dari goresan gergaji, sayatan gunting, panasnya air mendidih di bejana".

"Seandainya ada mayat yang dibangkitkan dan menceritakan kepada penduduk dunia tentang sakitnya kematian, niscaya penghuni dunia tidak akan nyaman dengan hidupnya dan tidak nyenyak dalam tidurnya."

Semoga kisah ini mengingatkan kita bahwa sebagai manusia, suatu saat nanti kita pasti mengalami yang namanya kematian. Oleh karena itu, sebelum kematian itu tiba dan semua pintu amal tertutup, mari kita tingkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT.

Tuesday, January 5, 2016

Kerancuan Berpikir 'Kiai Kanjeng' Emha Ainun Najib

Kerancuan Berpikir 'Kiai Kanjeng' Emha Ainun Najib
Acara penutupan lomba MTQ tingkat kabupaten Bantul, yang dilaksanakan di kecamatan Bambanglipuro diisi oleh Emha Ainun Najib (Cak Nun) bersama Kiai kanjeng.

Ada beberapa hal yang kemudian menarik untuk diulas, selain dalam acara itu diundang Romo dari gereja setempat untuk bernyanyi bersama, hal yang disampaikan Cak Nun dalam “dakwahnya” itu penuh dengan kerancuan.

Disela-sela bernyanyi Cak Nun menyampaikan pemahamannya terhadap Islam kepada khalayak yang memenuhi lapangan Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul, DIY itu. Berikut beberapa hal yang kemudian menjadi catatan penulis.

Pertama, MH. Ainun Najib (Emha) melontarkan pernyataan : “Ada sekelompok wong Islam yang sukanya mbidngahke (membid’ahkan) kelompok lain, sithik-sithik bidngah, sithik-sithik bidngah (sedikit-sedikit membid’ahkan)”. Emha mengambil contoh, “bar shalat salaman we bidngah (setelah salat salaman saja dikatai bid’ah), nyanyi lagu gereja bidngah”, dengan nada sinis, cemoohan, dan nyinyir.

Tanggapan: Konsep bid’ah satu paket dengan konsep sunnah, sebagaimana halnya konsep tauhid dengan konsep syirik. Konsep sunnah digunakan untuk memurnikan ajaran-ajaran Islam. Sedang konsep bid’ah digunakan untuk mengkomplementasi konsep sunnah itu sendiri.

Jika Emha menginginkan ajaran-ajaran Islam ini tetap terjaga kemurniannya, maka tak sepantasnya ia melontarkan pernyataan begitu. Kalaupun ia berbeda pendapat dalam hal konsep bid’ah-sunnah, tak sepantasnya ia melontarkan pernyataan demikian itu di hadapan khalayak yang masih sangat awam agama.

Kedua, Emha melontarkan pernyataan : “Iki mesti malaikat bingung melihat kita, ada romo, ada wong tattoan, ada perempuan ra kudungan, dst… (pluralitas)”. (Ini pasti malaikat bingung melihat kita, ada Romo, ada orang tatoan, ada perempuan tidak menutup aurat, dst)

Tanggapan: Jika tuduhan bingung itu menyasar kepada manusia, maka ia benar adanya, karena manusia diciptakan dengan nafsu. Tetapi jika tuduhan bingung itu menyasar kepada malaikat, maka ia salah besar. Justru satu-satunya makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang paling akurat kerjanya hanyalah malaikat, karena ia diciptakan memang untuk itu.


Ketiga, Emha melontarkan pernyataan : “Mulo dadi wong Islam ki ojo fanatik ! Oleh karena bisanya cuma nyalah-nyalahke orang lain”. (Maka jadi orang Islam jangan fanatik! Oleh karena bisanya cuma menyalahkan orang lain)

Tanggapan: Konsep / kata fanatik sebenarnya masih mengandung pengertian netral. Yang mengandung pengertian negatif adalah kata fanatisme. Maka secara bahasa, fanatik bisa dipahami sebagai kesatuan antara aspek qalbu, aspek lisan, dan aspek amal (ma huwal iman ?).

Dengan demikian, kita justru dituntut untuk fanatik dalam segala hal (tidak hanya dalam masalah agama). Ada kesesuaian antara apa yang diyakini, dengan apa yang katakan, dengan apa yang diperbuat. Fanatik dan kegemaran menyalah-nyalahkan orang lain, adalah dua hal yang saling berbeda.

Keempat, Emha menganjurkan tolong-menolong dalam hal ibadah (Mungkin, contohnya BANSER turut mengamankan perayaan Natal atau kegiatan suronan 11 November di kota Gede, Yogya yang digagas bersama GP Ansor yang di situ awal akan menghadirkan Solawatan dari gereja, dan Kidung Hindu). 

Tanggapan: Di sini Emha tampak ahistoris, naif, dan menyimpang dari arus besar ahlus-sunnah wal-jama’ah. Apakah Emha telah buta dan tuli, (terhadap) betapa liciknya pihak nasrani terhadap kita, bahkan terhadap konsensus kebangsaan kita ?

Apakah Emha (dengan Kyai Kanjengnya) kini hidup di ruang hampa, tanpa konteks, tanpa noktah-noktah sejarah ? Apakah Emha sudah lupa dengan wanti-wanti dari Allah, bahwa hati kaum nasrani ada niat terjahat terhadap kita. Mereka hendak memalingkan kita dari nikmat terbesar ini (Islam).

Renungkan, (sekali lagi) renungkan, firman Allah Ta’ala.

“Wahai Muhammad, kaum Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah senang kepadamu sampai kamu mengikuti agama mereka. Wahai Muhammad katakanlah “Sungguh Islam itu agama Allah yang sebenarnya.” Sekiranya kamu mengikuti agama Yahudi dan Nasrani padahal telah datang kepadamu perintah mengikuti Islam, niscaya tidak ada orang yang dapat menolong kamu dari siksa Allah di akhirat.” (QS. Al-Baqarah ayat 120), dan

“Wahai Muhammad, katakanlah kepada kaum kafir. “Wahai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah tuhan yang kalian sembah, kalianpun tidak menyembah tuhan yang aku sembah, aku tidak akan mau menyembah dengan cara-cara kalian menyembah tuhan kalian, dan kalianpun tidak menyembah tuhan kalian dengan cara-cara aku menyembah tuhanku, untuk kalian agama syirik kalian dan untukku agama tauhidku.” (QS. Al-Kafirun ayat 1- 6). 

Kelima, Emha dengan bangga menceritakan kehadirannya memenuhi undangan pihak Vatikan. Bahkan di sana, ia (dengan Kyai Kanjengnya) diijinkan tampil, meski suasana duka atas matinya Paus masih sangat terasa.

Tanggapan: Pihak Vatikan mengundang Emha (dengan Kyai Kanjengya) karena bisa memetik keuntungan. Tidak mungkin, pihak Vatikan akan mengundang pihak lain yang akan merugikan mereka. Ini sebenarnya telah menjadi gejala psikologis yang sudah sangat umum. Keuntungan apa yang bisa dipetik oleh pihak Vatikan ?

Keuntungan mendesakralisasi (pendangkalan) ajaran-ajaran Islam lewat orang-orang Islam sendiri semacam Emha (dan Kyai Kanjengnya). Pada giliran berikutnya, oleh karena umat Islam telah lemah fikrah dan ghayahnya, maka kristenisasi akan relatif lebih mudah di laksanakan.

Keenam, Emha sedikit membahas tentang nama-nama jalan sebelah selatan Tugu Jogja hingga Kraton. Aslinya ada jalan Margo Utomo, jalan Margo Mulyo, jalan Malioboro, dan Pangurakan. Filosofinya, terdapat fase-fase (predikat) utomo, (predikat) mulyo, aplikasi menjadi wali yang fantasyiru fil ard (mengembara), dan fase hakikat (sak urak-urakane dengan out put karimah). Filosofi ini sesuai betul dengan nilai-nilai Islam. Di fase inilah Emha bermaqam.


Tanggapan: Saya tidak akan menyangkal atas klaim Emha itu. Silahkan saja, ia menginginkan klaim yang lebih tinggi dari fase pangurakan sekalipun, silahkan. Yang jadi masalah adalah, akhirnya ia juga terjebak pada gejala (klaim) ”membenarkan diri-sendiri”.

Buktinya, ia (terkadang) menampilkan sikap-sikap murakannya, sebagai bukti bahwa ia dengan Kyai Kanjengnya telah sampai di maqam pangurakan, di mana sak urak-urakane selalu ber out-put kebaikan. Bisa jadi, sebagai implikasinya, ia menempatkan pihak lain di maqam yang masih rendah. 

Ketujuh, Emha melontarkan pernyataan / pilihan kepada audiens : “Sampean pilih dadi wong ra shalat ning apikan atau pilih dadi wong shalat ning jahat ?”.(kalian memilih jadi orang yang tidak salat tapi kelakuan baik atau memilih salat tapi kelakuan buru?) Hingga ada seorang ibu yang protes dan memilih salat plus kelakuan baik, yang kemudian dikatai Emha “gragas” (rakus).

Tanggapan: Peristiwa ini mengingatkan saya pada guru sekolah PKI tahun 60-an. Guru memerintahkan murid untuk minta permen kepada Tuhan. Dalam waktu yang lumayan lama, tidak ada satu murid pun yang mendapatkan permen. Lantas Guru memerintahkan murid untuk minta permen kepada Pak Guru.

Dalam sekejap, murid-murid mendapatkan permen. Sang Guru bertanya kepada murid, “Tuhan sama guru kalian lebih berkuasa yang mana ?”. Artinya, para murid dikacaukan nalarnya terlebih dahulu, sebelum mencekokkan ajaran-ajaran komunis. Ini sama dengan yang terjadi pada pertanyaan Emha kepada audiens.

Ia mengacaukan nalar para audiens terlebih dahulu, sebelum mencekokkan pemikiran-pemikiran Emha. Jika Emha bernalar sehat, semestinya pertanyaan itu (setidaknya) ada empat pilihan :

  • Ada orang tidak shalat tapi berperilaku baik 
  • Ada orang shalat tapi berperilaku jahat 
  • Ada orang tidak shalat tapi berperilaku jahat, dan 
  • Ada orang shalat tapi berperilaku baik. 

Ini jauh lebih variatif, lebih faktual, lebih obyektif, lebih fair, lebih edukatif, dan tulus bertanya untuk kepentingan dakwah. Shalat dan kebaikan adalah satu kesatuan konsep yang tak terpisahkan.

Lebih dari itu, shalat adalah amal pembeda antara kita yang muslim (akan ke surga), dengan mereka yang kafir / tidak shalat (akan ke neraka).

 Wallahu a’lam bishshawwab.

Sumber: facebook.com

Belajar Ikhlas dari Salman al-Farisi

Ada sebuah pelajaran yang menarik dari keikhlasan kaum muslimin pada saat penggalian parit menjelang Perang Khandaq. Salman al-Farisi adalah salah seorang sahabat  Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam, yang mana awalnya  beliau berasal dari suku Majusi (penyembah api).

Setelah beranjak remaja dan semakin dewasa dia mulai berpikir kritis dan menggugat kepercayaan kaumnya yang menyembah berhala, sehingga kemudian mengalami pengembaraan panjang yang melelahkan sampai akhirnya tiba di kota Madinah.

Atas pertolongan salah seorang sahabat Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam, Salman pun mampu bertemu dengan Rasululloh dan kemudian mengikrarkan syahadat sehingga resmi bergabung dalam barisan kaum muslimin.

Selama hidupnya dan bergaul bersama kaum muslimin, Salman pernah memberikan gagasan besar tatkala menghadapi perang Khandaq. Ketika itu umat Islam akan menghadapi pasukan musuh, sementara musim panas datang melanda.

Dalam sebuah diskusi mengenai strategi perang, Salman mengusulkan strategi agar membuat parit sebagaimana sering dilakukan oleh kaum Persia, dimana parit itu nantinya mengelilingi kota sebagai pengganti benteng untuk membendung kekuatan musuh.

Dengan menggali parit yang dalam, maka musuh akan terhalang jurang yang lebar sehingga tidak mudah untuk menembus kota. Strategi ini tidak pernah terfikirkan sebelumnya oleh kaum muslimin dan bangsa Arab pada umumnya, sehingga usulan dari Salman ini, langsung saja mendapatkan persetujuan dari Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam.

Proses penggalian paritpun mulai dikerjakan, dan musim panas jelas bukan persoalan yang mudah sebab dibutuhkan daya tahan tubuh yang kuat. Al Mubarakfury dalam kitab "Sirah Nabawiyah"nya (hal. 390-391) menjelaskan sebagai berikut; Rasululloh segera melaksanakan rencana penggalian parit tersebut seperti yang diusulkan Salman.

Setiap sepuluh laki-laki diberi tugas menggali parit sepanjang empat puluh hasta. Rasululloh mendoakan agar orang Muhajirin dan Anshar yang membantunya diampuni dosa-dosanya. Tak hanya itu, sebagai pemimpin beliau mencontohkan teladan terbaik dengan ikut menggali parit, bukan seperti kebanyakan pemimpin sekarang yang hanya berani perintah tapi enggan terjun ke lapangan.

Rasululloh semenjak pagi hari sudah pergi untuk menggali parit , perutnya diganjal dengan batu untuk menahan rasa lapar yang sangat mendera. Kemudian sambil mengangkut tanah beliau bersabda,
“Ya Allah andaikan bukan karena Engkau, tentu kami tidak akan mendapat petunjuk, tidak bershadaqah dan tidak shalat. Turunkanlah ketentraman kepada kami dan kokohkanlah pendirian kami jika kami berperang. Sesungguhnya para kerabat banyak yang sewenang-wenang kepada kami. Jika mereka menghendaki cobaan, kami tidak menginginkannya”.
Dalam kisah perang Khandaq ini ada beberapa makna penting yang layak jadi renungan kaum muslimin, diantaranya adalah:

Pertama, bagaimana keikhlasan Rasululloh dan para sahabatnya dalam memperjuangkan Islam, dimana cuaca yang panas terik tak sedikipun mengendurkan semangat jihad mereka.

Mereka meyakini kemenangan akan segera datang, sedangkan teriknya Matahari adalah ujian dari Allah yang harus dilalui sebelum memperoleh kemenangan. Allah seakan ingin mengatakan,

“Tak ada kemenangan yang diperoleh tanpa pengorbanan dan ujian. Sebab pengorbanan dan ujian adalah cara Allah menguji kesetiaan kepada agamanya dan keimanan hambanya”.

Jadi belajar ikhlas adalah persoalan hati, tak semata diucapkan di lisan sebab Allah sendiri yang akan melihat dan menilai seberapa jauh keikhlasan hambanya dalam menolong agama yang diridhainya.

Bagaikan hembusan angin, itulah yaqng namaya IKHLAS, lakukan sesuatu kebaikan, lalu lupakanlah dan tak perlu mengingatnya kembali. Sebab jika mengingatnya, kemudian tergerak menunjukkan kepada banyak orang, maka akan jatuh ke dalam lembah riya.

Sementara jika menyimpannya hanya dalam hati, lalu karena terjadi sebuah persoalan dengan orang yang pernah kita tolong, maka potensi mengungkit-ungkit keikhlasan dan pemberian tolong akan menjebak kita ke dalam jurang rusaknya amalan-amalan kebaikan.

Kedua, jangan letih mengerjakan kebaikan dan selalu mengingat Allah. Dalam kondisi lapar, haus dan berbagai kesusahan lainnya, maka berusaha dan berdoa, kemudian menyerahkan diri kepada-Nya adalah jalan terbaik. Sebab itulah yang dialami dan sudah diberikan contohnya oleh Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam di atas dalam kasus perang Khandaq.
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.” (Qs. An-Nisa [4]: 125)  
***

Monday, January 4, 2016

Menyesal Saat Sakaratul Maut, Karena Tidak Optimal dalam Berbuat Kebaikan

Menyesal Saat Sakaratul Maut, Karena Tidak Optimal dalam Berbuat Kebaikan
Alkisah, ada seorang sahabat Rosululloh  Shallalahu ‘alahi wassalam, yang bernama Sya’ban Radhiallahu anhu (r.a). Ia termasuk  seorang sahabat yang tidak begitu menonjol bila dibandingkan dengan sahabat-sahabat  Rosul yang lainnya. 

Kisah ini berawal dari kebiasaan unik beliau, yaitu setiap masuk ke masjid sebelum sholat berjamaah dimulai, dia selalu beri’tikaf di pojok bagian depan masjid. 

Dia selalu mengambil posisi di pojok bukan karena supaya mudah senderan atau tidur, namun karena tidak mau mengganggu orang lain dan tak mau terganggu oleh orang lain dalam beribadah. 

Kebiasaan ini sudah diketahui dan difahami oleh para sahabat, bahkan oleh Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam sendiri, bahwa Sya’ban r.a. selalu berada di posisi tersebut setiap waktu termasuk saat sholat berjamaah.

Suatu pagi saat sholat Subuh berjamaah akan dimulai, Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam mendapati bahwa Sya’ban r.a. tidak berada di posisinya seperti yang biasa dia lakukan. Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam pun bertanya kepada jamaah yang hadir, apakah ada yang melihat Sya’ban r.a. 

Namun tidak seorang pun jamaah yang melihat Sya’ban r.a. subuh itu. Sholat Subuh pun ditunda sejenak untuk menunggu kehadiran Sya’ban r.a, namun yang ditunggu tidak nongol juga.

Khawatir sholat subuh kesiangan, akhirnya Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam memutuskan untuk segera melaksanakan sholat Subuh berjamaah. Selesai sholat Subuh, Rasul kemudian bertanya, apa ada yang mengetahui kabar dan keberadaan dari Sya’ban. 

Namun tidak ada seorangpun yang menjawab. Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam bertanya kembali, apa ada yang mengetahui di mana rumah Sya’ban r.a. Akhirnya, ada seorang sahabat yang mengangkat tangan dan mengatakan bahwa dia mengetahui persis di mana rumah Sya’ban r.a.

Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam yang merasa khawatir terjadi sesuatu dengan Sya’ban r.a, meminta diantarkan ke rumah Sya’ban pagi itu. Ternyata perjalanan dengan jalan kaki cukup jauh dan lama juga ditempuh oleh Rasulululloh Shallallahu’alaihi wasallam beserta rombongan, sebelum akhirnya sampai ke rumah yang dimaksud. 

Perjalanan rombongan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam tiba ke rumah yang dituju, saat waktu afdhol untuk sholat dhuha (lamanya kira-kira 3 jam perjalanan). Sampai di depan rumah tersebut beliau lalu mengucapkan salam. Maka keluarlah seorang wanita sambil membalas salam tersebut.

“Benarkah ini rumahnya Sya’ban?” Rasulullah bertanya.

“Ya benar, saya istrinya” jawab wanita tersebut.

“Bolehkah kami menemui Sya’ban r.a, yang tadi tidak hadir saat sholat Subuh di masjid?” Dengan isak tangis dan berlinangan air mata, istri Sya’ban r.a pun menjawab:
“Beliau telah meninggal dunia tadi pagi ya Rosul” 

"Innalilahi wa inna ilaihi rojiuun".

Subhanallah!, ternyata satu-satunya penyebab dia tidak sholat Subuh berjamaah karena ajal sudah menjemputnya. 

Beberapa saat kemudian istri Sya’ban bertanya kepada Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam,

“Ya Rasul...!, ada sesuatu yang mengganjal dihati kami dan jadi tanda tanya bagi kami sekeluarga, yaitu menjelang kematiannya dia berteriak sampai tiga kali dengan masing-masing teriakan disertai satu kalimat. "Kami semua tidak paham apa maksudnya, ya...Rosul?”.

“Apa saja kalimat yang diucapkannya?” tanya Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam.

Di masing-masing teriakannya dia mengucapkan kalimat;

“Aduh, kenapa tidak lebih jauh.” 

“Aduh, kenapa tidak yang baru..“ 

“Aduh, kenapa tidak semua.” 

Rasululloh Shallallahu’alaihi wasallam kemudian melantunkan ayat yang terdapat dalam surat Qaaf [50] ayat: 22, yang artinya:
"Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan dari padamu hijab (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam“ (Qs.Qaaf [50]:22)
Ternyata, saat Sya’ban r.a dalam keadaan sakaratul maut, perjalanan hidupnya selama di dunia ditayangkan ulang oleh Allah Subhanahu wa Taála. Bukan cuma itu, semua ganjaran dari perbuatannya itu diperlihatkan oleh Allah Subhanahu wa Taála

Apa yang dilihat dan disaksikan oleh Sya’ban r.a (dan orang yang sedang menghadapi sakaratul maut), tidak bisa disaksikan oleh orang lain yang masih hidup. 

Dalam pandangannya yang tajam itu, Sya’ban r.a melihat suatu adegan dimana dalam kesehariannya dia pergi-pulang ke masjid untuk sholat berjamaah lima waktu. Perjalanan yang ditempuhnya sekitar 3 jam jalan kaki sudah tentu bukanlah jarak yang dekat. 

Dalam tayangan itu pula Sya’ban diperlihatkan pahala yang diperolehnya dari setiap langkah-langkahnya ke masjid. Dia melihat seperti apa bentuk surga ganjarannya. Maka, saat melihat itu dia lalu berucap:
“ Aduh, kenapa tidak lebih jauh…”

Timbul penyesalan dalam diri Sya’ban r.a, mengapa rumahnya tidak lebih jauh lagi supaya pahala yang didapatkan lebih banyak dan surga yang didapatkannya jauh lebih indah. 

"........"

Berikutnya, Sya’ban r.a, melihat saat ia akan berangkat sholat berjamaah di musim dingin. Saat ia hendak membuka pintu, tiba-tiba berhembuslah angin dingin yang menusuk tulang.

Tak lama kemudian dia masuk kembali ke rumahnya mengambil satu baju lagi, untuk dipakainya karena merasa kedinginan. Jadi sekarang dia mengenakan dua buah baju. 

Sya’ban r.a, sengaja memakai pakaian yang bagus (yang baru) di bagian dalam dan yang jelek di bagian luar. Pikirnya dalam hati, seandainya nanti terkena debu pun, sudah barang tentu yang terkena debu hanyalah baju yang bagian luarnya, nanti sesampainya di masjid bisa membuka baju luar dan sholat dengan mengenakan baju yang lebih bagus, begitu pikirnya.

Namun dalam perjalanan menuju masjid, dia mendapati seseorang yang sedang terbaring menggigil kedinginan dalam kondisi yang mengenaskan. Sya’ban pun merasa iba melihatnya, kemudian segera membuka baju yang bagian luarnya lalu dipakaikan kepada orang tersebut serta memapahnya bersama-sama menuju masjid untuk melaksanakan sholat berjamaah. 

Orang itu pun terselamatkan dari mati kedinginan dan bahkan sempat melakukan sholat berjamaah. Sya’ban r.a pun kemudian melihat indahnya surga sebagai balasan dari memakaikan baju jeleknya kepada orang tersebut. Kemudian dia berteriak lagi:

“Aduh, kenapa tidak yang baru…!" 

Timbul lagi penyesalan di benaknya. 

Jika dengan baju jelek saja bisa mengantarkannya mendapat pahala yang begitu besar, sudah barang tentu ia akan mendapat yang lebih besar lagi, seandainya ia memakaikan baju yang baru.

".........."

Dalam penggalan berikutnya, Sya’ban r.a melihat lagi suatu adegan saat dia hendak sarapan dengan roti yang dimakan dengan cara mencelupkan dulu ke segelas susu. Mungkin, bagi yang pernah pergi ke tanah suci sudah tentu mengetahui sebesar apa ukuran roti Arab (sekitar 3 kali ukuran rata-rata roti di Indonesia). 

Ketika ia baru saja hendak memulai sarapan, tiba-tiba muncullah seorang pengemis di depan pintu agar diberikan sedikit roti karena sudah lebih 3 hari perutnya tidak di isi makanan. 

Melihat kejadian tersebut, Sya’ban r.a merasa iba dan kasihan. Ia kemudian membagi dua roti itu sama besar, demikian pula segelas susu itu pun ia bagi dua. 

Kemudian mereka makan bersama-sama dengan roti itu yang sebelumnya dicelupkan kedalam susu, dengan porsi yang sama pula… Allah Subhanahu wa Taála kemudian  memperlihatkan pahala dan ganjaran dari perbuatan Sya’ban r.a dengan surga yang indah. 

Demi melihat itu dia pun berteriak lagi: 

“Aduh, kenapa tidak semuanya…!” 

Sya’ban r.a kembali menyesal. Seandainya dia memberikan semua roti itu kepada pengemis tersebut, tentulah dia akan mendapatkan surga yang lebih indah lagi.

Masyaallah!, Sya’ban bukan menyesali karena perbuatannya, akan tetapi dia menyesali mengapa tidak berbuat yang optimal. 

***
Sesungguhnya wahai sahabat!, semua dari kita nanti pada saat sakaratul maut menjelang, akan menyesali apa yang telah kita perbuat selama menjalani hidup di dunia ini, namun tentu saja dengan kadar yang berbeda-beda, bahkan ada yang meminta untuk ditunda matinya lantaran pada saat itu barulah terlihat dengan jelas konsekuensi dari semua perbuatannya tatkala hidup di dunia. 

Mereka meminta untuk ditunda kematiannya HANYA barang sesaat saja, karena ingin bersedekah secara maksimal. Namun kematian akan menjelang dan datang tepat pada waktunya, tidak dapat dimajukan dan tidak dapat pula di mundurkan. 

Sering sekali kita mendengar hadits yang berbunyi:

“Sholat Isya berjamaah pahalanya sama dengan sholat separuh malam,” “Sholat Subuh berjamaah pahalanya sama dengan sholat sepanjang malam,” “Dua rakaat sebelum Shubuh lebih baik dari pada dunia dan isinya”.

Namun pada kenyataannya, lihatlah ke masjid-masjid yang besar dan megah itu, tetap saja lengang jamaahnya dan masjid terasa longgar. Seolah-olah kita tidak percaya dan tidak yakin kepada janji Allah Subhanahu wa Taála.

Mengapa bisa terjadi demikian? Karena apa yang dijanjikan Allah Subhanahu wa Taála itu tidak terlihat dan tidak nampak secara dzohir oleh mata kita pada situasi yang normal. Mata kita tertutupi oleh suatu hijab. 

Karena tidak terlihat, maka yang berperan disini adalah iman dan keyakinan, bahwa janji Allah Subhanahu wa Taála tidak akan pernah meleset. Allah akan membuka hijab itu pada saatnya nanti. 

Saat ketika nafas sudah sampai di tenggorokan…. Sya’ban r.a telah menginspirasi kita, bagaimana seharusnya menyikapi janji Allah Subhanahu wa Taála tersebut. Namun ternyata dia tetap menyesal sebagaimana halnya kita pun juga akan menyesal. 

Namun penyesalannya bukanlah sia-sia. Penyesalannya tersebut karena tidak melakukan kebaikan secara optimal dan maksimal.

Mudah-mudahan kisah singkat ini bermanfaat bagi kita semua, dalam  mengisi dan mengarungi sisa waktu yang diberikan Allah Subhanahu wa Taála kepada kita. 

Mari kita berdo’a, semoga Allah Subhanahu wa Taála memberikan kepada kita kekuatan untuk melakukan yang terbaik, bahkan lebih baik dari pada apa yang telah dilakukan oleh Sya’ban radiallahu anhu. Aamiin. Wallahualam bissawab.

***
luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.comnya.com tipscantiknya.com