1. Al -Akhlaqul Mahmuda (Akhlaq Yang Terpuji)
Seseorang yang kepada Allah SWT ia bertauhid, kemudian dalam pergaulannya kepada sesama manusia mempunyai sifat-sifat yang terpuji seperti; rendah hati, jujur, sabar, ikhlas, dan sifat-sifat terpuji yang lainnya.
Kemudian sikapnya diluar makhluk manusia ia dapat mengembangkan nilai-nilai ikhsan sesuai dengan tuntunan imannya. Ini seluruhnya dinamakan : Al Akhlaqul mahmuda, yaitu akhlaq yang terpuji.
2. Al-Akhlaqul Mazmuma (Akhlak Yang Tercela)
Seseorang yang dalam sikapnya kepada Allah SWT mempunyai sifat-sifat kufur, baik itu dalam bentuk kemunafikan, kemusyrikan, atau hal-hal yang bisa menyebabkan murtad, lalu pergaulannya dengan sesama manusia ia mempunyai sikap yang tidak terpuji seperti; sombong, riya, uzub, dusta, khianat, suka menggunjing dan memfitnah, dan sifat-sifat jelek yang lainnya.
Sedangkan sikapnya kepada makhluk diluar manusia, ia senantiasa menimbulkan keributan, kerusuhan, keonaran dan lain sebagainya, itu seluruhnya dinamakan dengan Al-Akhlaqul Mazmuma atau akhlak yang tercela.
Untuk memperoleh akhlaq yang baik, yang dalam bahasa agamanya dinamakan Al-Akhlaqul Qarimah, ia akan merubah perangainya dari sifat-sifat yang tercela menjadi sifat yang terpuji, bila sombongnya hilang, maka akan berganti dengan tawadhu atau rendah hati, bila dustanya hilang, maka akan berganti dengan sifat jujur, bila khianatnya hilang, maka akan berganti dengan amanah.
Oleh karena itu, salah satu yang menyebabkan manusia bisa turun nilai kemanusiaannya, apabila dia telah mempergunakan lidahnya untuk sesuatu yang lazimnya dinamakan dengan dusta, dan sungguh berat sekali untuk menjaga lidah ini dari perbuatan dusta, sehingga dalam sebuah hadits, baginda Rasulullah SAW bersabda:
الْجَنَّةُ مُشْتَاقَةٌ اِلَى أَرْبَعَةِ نَفَرٍ : تَا لِى الْقُرْانِ, وَحَافِظِ اللِّسَانِ, وَمُطْعِمِ الْجِيْعَانِ, وَصَا ئِمٍ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ .رواه أبوداود والترمذي عن ابن عباس
“Surga rindu, surga kangen kepada 4 golongan manusia yang seperti ini”. Ini memang model, dan ini sungguh aneh. Biasanya manusia yang kepingin benar masuk surga, ini malah surganya yang rindu, yang kangen kepingin dimasukin oleh 4 macam manusia, siapa saja 4 macam manusia yang dirindukan oleh surga itu?
1. تَا لِى الْقُرْانِ
Taliyil Qur’an, orang yang gemar, orang yang rajin, orang yang hobby membaca Al Qur’an. Orang yang gemar membaca Al Qur’an dirindukan oleh surga, apa hanya sekedar membaca Al Qur’an saja? Ya...!” membaca Al Qur’an itu kan beribadah, sebab dari membaca Al Qur’an itu, orang akan mengerti isinya, kemudian setelah mengerti akan memahami, dan setelah memahami, orang akan terdorong, akan tergerak hatinya untuk kemudian mengamalkannya.
2. وَمُطْعِمِ الْجِيْعَانِ
Wa mut’imil zian, orang yang memberi makan orang yang kelaparan, bahkan rosulullah SAW sangat menganjurkan, siapa yang ingin berkumpul denganku di akhirat nanti, bersahabatlah dengan orang-orang miskin, dengan anak yatim piatu, dengan janda-janda tua miskin, orangtua jompo yang memerlukan uluran tangan, mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan, bila kita diberikan kelebihan rezeki oleh Allah, maka bersahabatlah dengan orang-orang yang tidak mampu.
Demikian besar perhatian orang-orang Islam terhadap kepekaan sosial, terhadap kesetia kawanan sosial ini, sehingga didalam Al Qur’an (Al Maa’uun :1 - 3) dijelaskan oleh Allah SWT;
Tahukah kamu...? kata Allah, siapa orang-orang yang mendustakan agama itu? Beragama, tapi dianggap mendustakan agama, maka kalau sudah mendustakan agama, artinya; imannya dusta, dia sholat tapi sholatnya dusta, dia puasa tapi puasanya dusta, siapakah mereka itu?
"Aroaital ladzi yukazibubiddin, fadzalikal ladzii yadu'ul yatiim, wala yahuddu ala toamil miskin"
Mereka adalah orang-orang yang menghardik, meninggalkan, menyia-nyiakan anak-anak yatim, dan tidak memerintahkan, tidak menganjurkan untuk memberi makan kepada orang-orang miskin.
Maka mungkin, kita yang rajin beribadah, kita yang rajin sholat, kita yang rajin puasa bisa saja terhalang, bisa saja terganggu masuk surga, karena disebelah rumah kita, disebelah kampung kita tempat mencari nafkah ini, masih ada anak yatim piatu, masih banyak orang yang tidak mampu, bukan saja mereka itu miskin harta, akan tetapi mereka itu miskin akidah.
Sehingga ada sebagian dari mereka rela menjual akidahnya, menjual imannya, berpindah agamanya demi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, disana mereka merintih kelapaan, menggigil kedinginan, padahal kita tahu, padahal kita mampu, akan tetapi kita diam saja, tidak mau mengulurkan tangan memberikan pertolongan, tidak mau menyantuni mereka, itulah mungkin yang akan menghalangi kita untuk sampai ke surga.
Oleh karenanya, salah satu jenis manusia yang dirindukan oleh surga kata Rasul, wamutimil zian, yaitu orang yang memberi makan orang yang kelaparan.
3. وَصَا ئِمٍ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ
Washoimina fii Syahri ramadhon, yaitu orang yang melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Sebulan penuh kita menempa diri dengan puasa Ramadhan. Kita latihan sabar, latihan jujur, disiplin, hidup sederhana, serta latihan mengendalikan hawa nafsu.
Adapun berhasil tidaknya latihan itu, akan terlihat nanti dalam sikap hidup kita sesudah keluar dari bulan Ramadhan. Kalau tidak, dibulan Ramadhan kita rajin ke masjid, selesai Ramadhan selesai pula ke masjidnya, kalau di bulan Ramdahan kita sabar, habis Ramadhan habis pula sabarnya, kalau di bulan Ramadhan kita rajin membaca Al Qur’an, usai Ramadhan usai pula tekunnya.
Itulah salah satu pertanda bahwa latihan kita itu belum berhasil. Nah...! Salah satu wujud dari keberhasilan kita latihan di bulan Ramadhan itu, akan memancar kecintaan kita terhadap fakir miskin, yang kemudian ditindak lanjuti dengan membayar zakat fitrah.
Saat itulah kita akan sadar; ‘Ya ALLAH..., sudah ku rasakan bagaimana tidak enaknya lapar dan dahaga, sudah aku alami bagaiamana pedihnya penderitaan orang-orang fakir miskin, yang tiap hari bertemankan lapar dan dahaga. Maka sebagai kecintaanku kepada mereka ya Allah..., Aku keluarkan zakat fitrah untuk mereka.
4. وَحَافِظِ اللِّسَانِ
Wahafidzil lisan, salah satu manusia yang dirindukan oleh surga adalah orang yanhg pandai menjaga lisannya, artinya dia bisa atau pandai menempatkan diri kapan waktunya untuk bicara dan kapan waktunya untuk diam.
Akan tetapi kalau menghadapi kebatilan, ada maksiat, ada kemunkaran, ada kedzoliman sementara kita diam saja, kata nabi sama saja dengan syetan gagu, sehingga kata Nabi; “Kulil haqqo walau kana murron”. “Sampaikanlah kebenaran itu walau terasa pahit”.
Mengucapkan kebenaran itu memang besar resikonya, mencegah kemunkaran itu memang banyak akibatnya, akan tetapi itu harus kita lakukan setidak-tidaknya untuk mencegah kemunkaran. Rasulullah SAW dalam salah satu hadits yang lain bersabda:
“Iyakum wal kadziba fainal kadziba yahdi illal fuzuri wal fuzuru ilannar”
“Hati-hatilah kamu dari sifat dusta, sebab sesungguhnya dusta itu membawa kepada perbuatan durjana, dan dari perbuatan durjana itu menggiring orang kedalam neraka”
Mula-mula memang dari ucapan, kemudian melangkah kepada perbuatan, dan dari perbuatan itulah yang akan jadi peniaian Allah SWT, jikalau perbuatan kita itu baik, maka akan melangkah kedalam surga, akan tetapi jikalau tidak baik, maka perbuatan kita jugalah yang akan menjerumuskan kita kedalam neraka.
Oleh karena itu, berlindung kita kepada Allah jangan sampai kita diberikan lidah yang gemar berdusta, gemar bergunjing, suka memfitnah, dan mudah-mudahan kita semua termasuk kedalam golongan hamba-hamba Allah yang dirindukan surga.
***
0 comments:
Post a Comment